Guru Besar Unsri, Prof. Dedik Budianta Ungkap Komposisi Lahan Marginal dan Potensinya untuk Perkebunan Sawit

Dalam kuliah umum yang di gelar oleh Universitas Prima Indonesia (UNPRI), Guru Besar Unsri, Prof. Dedik Budianta menguraikan jenis tanah marginal dan peluangnya untuk perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di Indonesia.

BERITA

Arsad Ddin

5 Juni 2025
Bagikan :

Guru Besar Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. Dr. Ir. Dedik Budianta, M.S. dalam acara kuliah umum Universitas Prima Indonesia (UNPRI), Jumat (9/5/2025). (Foto: Doc. UNPRI).

Medan, HAISAWIT – Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. Dr. Ir. Dedik Budianta, M.S, mengungkapkan komposisi dan potensi lahan marginal di Indonesia untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Hal ini disampaikan dalam kuliah umum yang dihadiri sekitar 500 mahasiswa Fakultas Agro Teknologi UNPRI, Universitas Prima Indonesia (UNPRI), Jumat (9/5/2025).

Menurut Prof. Dedik, lahan marginal di Indonesia didominasi lahan kering seluas 144,47 juta hektare atau sekitar 75,6 persen dari total daratan. Lahan ini tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Sebagian besar berada di dataran rendah (77,06%) dengan tingkat keasaman tinggi, terdiri dari 107,36 juta hektare tanah masam dan 37,12 juta hektare tanah alkalis. Sementara lahan basah seperti rawa lebak dan pasang surut mencapai 32,6 juta hektare.

Prof. Dedik juga menjelaskan tentang jenis tanah yang mendominasi kawasan lahan kering dan lahan basah, serta tantangannya dalam pengembangan sawit.

“Pada lahan kering, tanah yang dominan adalah Ultisol seluas 45,8 juta hektare (sekitar 24–25% dari total daratan), diikuti oleh Oxisol (14,1 juta hektare), Spodosol (2,16 juta hektare), dan Aridisol yang tersebar secara terbatas di lokasi-lokasi tertentu,” ujar Prof. Dedik, dikutip dari laman resmi UNPRI, Rabu (04/06/2025).

Ia juga menyebut lahan basah di Indonesia memiliki potensi yang besar jika dikelola dengan teknologi dan pendekatan yang sesuai.

“Sementara itu, lahan basah didominasi oleh Inceptisol (20 juta hektare), Entisol (7 juta hektare), dan tanah gambut (13,4 juta hektare),” jelasnya.

Prof. Dedik menambahkan bahwa karakteristik lahan marginal sering kali menjadi kendala produktivitas, namun tetap menyimpan potensi untuk dikembangkan.

“Tanah-tanah ini umumnya memiliki sifat fisik dan kimia yang kurang mendukung produktivitas optimal, sehingga tergolong sebagai tanah marginal,” ujarnya.

Dekan Fakultas Agro Teknologi UNPRI, Dr. Suratni Afrianti, turut menyampaikan pandangannya terhadap peluang dan tantangan sektor sawit ke depan.

“Sebagaimana kita ketahui, kelapa sawit merupakan komoditas unggulan yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Namun demikian, tantangan terhadap keberlanjutannya semakin kompleks terutama pada keterbatasan lahan produktif,” ungkap Dr. Suratni.

Ia menilai kegiatan kuliah umum ini memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pemahaman mahasiswa di bidang agro teknologi, khususnya sawit.

“Semoga kuliah umum ini menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa kami, khusus di bidang perkebunan kelapa sawit,” pungkasnya.***

Bagikan :

Artikel Lainnya