Program B30 yang dijalankan pemerintah sepanjang 2021 berhasil menghemat devisa negara hingga Rp64 triliun dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 24 juta ton setara CO2.
Arsad Ddin
14 Mei 2025Program B30 yang dijalankan pemerintah sepanjang 2021 berhasil menghemat devisa negara hingga Rp64 triliun dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 24 juta ton setara CO2.
Arsad Ddin
14 Mei 2025Jakarta, HAISAWIT – Program biodiesel berbasis sawit dinilai berhasil memberikan dampak nyata bagi ekonomi dan lingkungan. Salah satunya lewat penghematan devisa dan pengurangan emisi karbon.
Sepanjang tahun 2021, penerapan Program B30 mampu mengurangi impor BBM Diesel hingga 9,02 juta kiloliter. Dampaknya, Indonesia menghemat devisa sekitar USD4,54 miliar atau setara Rp64,45 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif dalam siaran pers yang dirilis di Jakarta, Kamis (10/03/2022).
Ia mengatakan, program berbasis energi baru terbarukan seperti biodiesel dari kelapa sawit juga membawa dampak lingkungan yang signifikan.
“Peran penting lainnya, industri sawit juga turut menciptakan kemandirian energi melalui biodiesel sehingga menghemat devisa dan berdampak positif terhadap lingkungan,” ujar Febri, dikutip laman Kemenperin, Rabu (14/05/2025).
Lebih jauh, Febri menyampaikan bahwa implementasi B30 sepanjang 2021 berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Total emisi yang berhasil ditekan mencapai sekitar 24,4 juta ton setara CO2.
Upaya ini dinilai sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan di sektor industri pengolahan. Selain efisien dari sisi energi, program ini juga ikut mendorong transisi energi nasional.
Kebijakan biodiesel sawit merupakan bagian dari hilirisasi industri yang dikembangkan pemerintah sejak tahun 2007. Sawit dijadikan sebagai sektor prioritas dalam kerangka industrialisasi nasional.
Menurut data Kemenperin, hilirisasi sawit telah menunjukkan hasil nyata. Salah satunya melalui peningkatan ekspor produk turunan kelapa sawit secara signifikan.
“Pada tahun 2021, ekspor produk sawit sekitar 40,31 juta ton dengan nilai ekspor USD35,79 miliar, meningkat sebesar 56,63% dari nilai ekspor tahun 2020,” ujar Febri.
Kementerian mencatat bahwa ekspor produk turunan sawit meningkat dari hanya 20% pada 2010 menjadi 80% pada 2020. Peningkatan ini menunjukkan pergeseran industri dari bahan mentah ke produk bernilai tambah.
B30 bukan hanya mendorong efisiensi energi dan penghematan devisa, tetapi juga menjadi pendorong pertumbuhan sektor hilir. Biodiesel menjadi contoh pemanfaatan sawit di luar sektor pangan.
Selain itu, industri pengolahan sawit juga memiliki kontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja. Tercatat sebanyak 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta pekerja tidak langsung terserap di sektor ini.
Hingga kini, program B30 masih dijalankan secara konsisten. Langkah ini dipandang efektif dalam menjaga ketahanan energi dan meningkatkan nilai tambah dari komoditas sawit nasional.***