Presiden Prabowo menegaskan kelapa sawit Indonesia kini menjadi komoditas strategis dengan permintaan tinggi dari sejumlah negara besar. Sawit juga berperan penting dalam mengurangi ketergantungan impor bahan bakar.
Arsad Ddin
30 Mei 2025Presiden Prabowo menegaskan kelapa sawit Indonesia kini menjadi komoditas strategis dengan permintaan tinggi dari sejumlah negara besar. Sawit juga berperan penting dalam mengurangi ketergantungan impor bahan bakar.
Arsad Ddin
30 Mei 2025Jakarta, HAISAWIT - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa kelapa sawit Indonesia kini menjadi komoditas strategis yang sangat penting di dunia.
Menurut Prabowo, beberapa negara secara langsung meminta pasokan sawit dari Indonesia. Negara-negara tersebut antara lain Mesir, Pakistan, India, dan beberapa negara di Eropa.
“Kelapa sawit kita yang terbesar di dunia jangan diremehkan. Sekarang sudah menjadi komoditas kritis dan strategis,” ujar Prabowo dalam acara halal bihalal bersama Purnawirawan TNI AD dan keluarga besar TNI-Polri di Jakarta, Selasa (6/5/2025), dikutip dari laman GAPKI, Jumat (30/05/2025).
Presiden juga menyatakan bahwa sawit bukan hanya untuk produk pangan dan industri. Namun, bahan bakar minyak juga bisa dihasilkan dari sawit, membuka peluang energi alternatif.
Ia menilai, dengan memaksimalkan potensi sawit, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor BBM.
“Impor BBM kita hampir mencapai 40 miliar dolar AS per tahun. Padahal, kalau kita maksimalkan sawit, kita tak perlu lagi impor,” tambahnya.
Prabowo pun menargetkan Indonesia mampu mencapai swasembada energi dalam lima tahun mendatang. Ini bagian dari upaya menguatkan kemandirian energi nasional.
Selain itu, permintaan sawit dari berbagai negara makin meningkat. Hal ini menunjukkan posisi strategis sawit dalam kebutuhan global.
Meski begitu, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mengendalikan harga sawit di pasar internasional. Harga sering kali dipengaruhi pasar luar negeri.
“Negara-negara besar seperti Amerika dan China tak punya sawit. Tapi kita yang produsen terbesar justru belum punya kontrol atas harga. Ini harus jadi perhatian,” kata Eugenia Mardanugraha dari KPPU.
Data dari BRIN 2024 menyebut Indonesia memproduksi 59 persen minyak sawit dunia. Malaysia menyusul di posisi kedua dengan 24 persen kontribusi produksi global.
Lahan sawit Indonesia mencapai 16,38 juta hektare dengan produksi lebih dari 46 juta ton CPO. Namun, harga sawit dunia lebih banyak dikendalikan pasar Malaysia dan Rotterdam, bukan produsen terbesar.***