Deputi Lemhanas Prof. Reni Mayerni mendorong kampanye “I Love Sawit” guna membangkitkan rasa bangga nasional terhadap sawit Indonesia sebagai produsen terbesar dunia dan menjawab tantangan negatif citra sawit.
Arsad Ddin
23 Mei 2025Deputi Lemhanas Prof. Reni Mayerni mendorong kampanye “I Love Sawit” guna membangkitkan rasa bangga nasional terhadap sawit Indonesia sebagai produsen terbesar dunia dan menjawab tantangan negatif citra sawit.
Arsad Ddin
23 Mei 2025Jakarta, HAISAWIT – Deputi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) bidang Pengkajian Strategik, Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., mendorong lahirnya kampanye “I Love Sawit” untuk membangkitkan rasa bangga nasional terhadap sawit Indonesia.
Ia menilai kampanye ini penting untuk melawan citra negatif sawit dan mengangkat posisi Indonesia sebagai produsen terbesar sawit di dunia. Ajakan tersebut disampaikan saat kunjungan kehormatan ke PT Agrinas Palma Nusantara (Persero), Senin (19/05/2025).
Prof. Reni mengungkapkan alasan ia menulis buku berjudul “Sawit Indonesia dalam Konstruksi Peradaban Dunia” sebagai wujud kebanggaan terhadap sawit nasional.
“Kita punya sawit terbesar di dunia, kita produksi sawit terbesar di dunia, kenapa nggak bangga dengan sawit. Itu sebenarnya alasan awal saya menulis buku ini,” ujar Prof. Reni, dikutip laman Lemhanas RI, Jumat (23/05/2025).
Menurutnya, sawit tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tapi juga berperan penting dalam menyerap karbon. Hal ini bertentangan dengan persepsi sebagian masyarakat dan generasi muda yang memandang sawit sebagai penyebab polusi.
Prof. Reni juga menyoroti perlunya diplomat Indonesia yang bertugas di negara pengimpor sawit memiliki wawasan lebih tentang pemanfaatan sawit dan strategi diplomasi yang tepat.
“Saya berharap bahwa diplomat-diplomat kita, yang diundang ke negara-negara yang menjadi pengimpor sawit itu, harusnya dibekali dengan pengetahuan tentang bagaimana sawit itu bisa dimanfaatkan Dan diplomasinya lebih baik dibanding negara-negara yang tidak menjadi pengimpor sawit,” ujarnya.
Selain itu, Prof. Reni mengajukan gagasan agar istilah ‘perkebunan sawit’ diganti menjadi ‘hutan sawit’. Menurutnya, hal ini akan mengurangi tudingan bahwa sawit adalah penyebab kerusakan hutan.
“Toh karet bisa kita jadikan hutan, hutan rakyat dengan menanam karet, hutan tanaman industri. Kenapa sawit meski ada jutaan hektar, tidak bisa kita sebut hutan sawit?” tuturnya.
Prof. Reni menilai kampanye “I Love Sawit” dapat membangun kesadaran masyarakat bahwa sawit hadir dalam berbagai produk yang mereka gunakan sehari-hari.
“Hampir semua barang yang pakai, mulai dari bangun hingga tidur lagi itu mengandung sawit. Kenapa kita tidak buat kampanye I love sawit, atau saya cinta sawit?” ucapnya.
Pada pertemuan tersebut, Prof. Reni menyerahkan buku karya tulisnya kepada Direktur Utama PT Agrinas Palma Nusantara, Agus Sutomo. Ia berharap gagasan dan kampanye tersebut bisa menjadi langkah strategis mendukung industri sawit nasional.
Prof. Reni juga mengungkapkan bahwa penelitian Lemhanas menunjukkan potensi sawit dalam mengurangi emisi karbon, meskipun hasil kajian tersebut sulit menembus jurnal bereputasi karena adanya penolakan dari beberapa negara tujuan ekspor.
Kajian yang dilakukan Lemhanas melibatkan 17 pakar yang fokus pada penelitian karbon di sawit. Namun, hasil-hasil tersebut belum dapat diterima secara luas karena bertentangan dengan pandangan negara pengimpor sawit.
Lebih jauh, Prof. Reni menyampaikan pentingnya perubahan paradigma dalam melihat sawit sebagai bagian dari ekosistem hutan tanaman industri yang berkontribusi terhadap ketahanan lingkungan.***