Potensi Besar POME, Limbah Sawit yang Bisa Menghemat Rp 50 Miliar per Tahun

POME, limbah cair pabrik kelapa sawit, berpotensi menghemat Rp 50 miliar per tahun per PKS jika dioptimalkan sebagai pupuk dan biogas. Namun, regulasi dan biaya investasi masih menjadi kendala.

BERITA

Arsad Ddin

8 Februari 2025
Bagikan :

(Foto: iposs.co.id)

Jakarta, HAISAWIT - Limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) memiliki potensi besar dalam industri sawit. Jika dimanfaatkan secara optimal, POME bisa menghemat biaya pemupukan hingga Rp 50 miliar per tahun per pabrik kelapa sawit (PKS).

Dilihat laman IPOSS, Sabtu (08/02/2025), POME dapat diolah menjadi pupuk cair organik. Pupuk ini dapat menjadi pelengkap pupuk kimia sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, limbah cair ini juga dapat diolah menjadi biogas sebagai sumber energi terbarukan.

Pemanfaatan biogas dari POME dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Gas metana yang terkandung dalam limbah ini bisa ditangkap dan digunakan untuk menggerakkan pembangkit listrik. Namun, biaya pembuatan methane capture masih menjadi kendala bagi banyak PKS.

Di sisi lain, regulasi terkait pengelolaan POME mengalami perubahan. Dua aturan sebelumnya, yaitu Kepmen Lingkungan Hidup No. 28/2003 dan No. 29/2003, dicabut oleh Permen LHK No. 5/2021. Hal ini menyebabkan belum adanya standar baku mutu bagi pemanfaatan limbah cair di industri sawit.

Perubahan regulasi ini menimbulkan berbagai pandangan. Beberapa akademisi menilai aturan baru kurang mempertimbangkan kondisi domestik.

“Kadang-kadang kita sukanya meniru aturan (terkait lingkungan) dari negara-negara yang sudah bagus, hanya disesuaikan sedikit-sedikit saja dan langsung diterapkan,” ujarnya.

Sementara itu, dari sisi hukum, pakar menilai regulasi seharusnya tidak menghambat potensi ekonomi.

“Bila dikatakan ini ada pengusaha yang diuntungkan dari POME, lantas masyarakat bisa mengelolanya? Tentu di sini diperlukan pelaku usaha,” ungkap Sadino.

Pemerintah menegaskan bahwa Permen LHK No. 5/2021 bertujuan memberi lebih banyak alternatif dalam pengelolaan POME. Namun, perbedaan persepsi antara pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah masih terjadi.

Diperlukan komunikasi yang lebih intensif antara berbagai pihak. Dengan regulasi yang lebih jelas dan dukungan investasi, pemanfaatan POME dapat lebih optimal untuk kepentingan ekonomi dan lingkungan.***

Bagikan :

Artikel Lainnya