Kepala Sekretariat FORTASBI tegaskan pentingnya keterlibatan petani sawit swadaya dalam produksi B40, disertai penerapan sertifikasi keberlanjutan ISPO dan RSPO.
Arsad Ddin
8 Januari 2025Kepala Sekretariat FORTASBI tegaskan pentingnya keterlibatan petani sawit swadaya dalam produksi B40, disertai penerapan sertifikasi keberlanjutan ISPO dan RSPO.
Arsad Ddin
8 Januari 2025(Foto: fortasbi.org)
Jakarta, HAISAWIT – Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI) menekankan pentingnya implementasi Biodiesel 40 (B40) memberikan dampak nyata bagi petani sawit swadaya di Indonesia.
Kepala Sekretariat FORTASBI, Rukaiyah Rafik, menyatakan bahwa rantai pasok B40 harus melibatkan Tanda Buah Segar (TBS) dari petani sawit swadaya yang berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar kebijakan tersebut tidak hanya mendorong produksi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya.
“Dengan implementasi B40 ini, petani sawit swadaya juga harus merasakan dampaknya. Bahkan, rantai pasok idealnya melibatkan TBS dari petani sawit swadaya berkelanjutan,” ungkap Rukaiyah Rafik, seperti dilihat pada laman resmi FORTASBI, Selasa (07/01/2025).
B40, yang merupakan campuran 60 persen solar dan 40 persen bahan bakar nabati (BBN) berbasis kelapa sawit, diharapkan dapat memberikan dampak luas. Selain mendukung upaya mengurangi ketergantungan pada BBM fosil, implementasi ini menjadi peluang besar untuk memberdayakan petani sawit swadaya.
Menurut Rukaiyah, keterlibatan petani sawit swadaya dalam rantai pasok B40 juga harus disertai dengan sertifikasi keberlanjutan, seperti ISPO atau RSPO.
“B40 idealnya dihasilkan dari produk bersertifikat, agar B40 bukan hanya produknya dapat mengurangi penggunaan BBM fosil yang berdampak pada iklim, tapi produksi B40 dihasilkan dari bahan baku kelapa sawit yang berkelanjutan,” ujar Rukaiyah.
FORTASBI juga terus mendorong penerapan good agricultural practices (GAP) untuk meningkatkan produktivitas kebun petani. Dengan GAP dan sertifikasi, produk sawit swadaya tidak hanya dapat mendukung kebijakan nasional, tetapi juga diterima di pasar global.
Selain itu, FORTASBI tengah mengupayakan hilirisasi sawit di tingkat petani. Salah satu langkah konkret yang didorong adalah pembangunan pabrik CPO yang dimiliki oleh kelompok petani sawit bersertifikat.
Pada 2025 ini, FORTASBI berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya. Tujuannya adalah memastikan kebijakan tata kelola sawit berkelanjutan dapat memberikan manfaat langsung bagi petani sawit swadaya di seluruh Indonesia.***